Menapakkan Kaki Untuk Pertama Kali, Menanjak Hingga Ujung Prau
Seumur hidup saya hanyalah seorang hikkers
pecundang, menaiki bukit saja sudah cukup buat saya. Pemalas lebih tepatnya.
Ingin sekali mengabadikan lansekap ciamik tapi tanpa usaha berlebihan yang
menguras banyak tenaga.
Ketika kawan di kantor mengajak saya untuk
mendaki gunung di Jawa Tengah, saya langsung mendaftarkan diri dengan percaya
dirinya. Tahu medannya juga tidak, tapi tak ada salahnya mencoba bukan?
Jumat malam, beberapa jam sebelum kami
berangkat, sebagian dari kami masih sibuk dengan tumpukkan pekerjaan di kantor.
Agak deg-degan karena beberapa dari kami masih belum menyelesaikannya pukul 12
malam, sedangkan kereta kami akan berangkat jam 5 subuh. Untungnya kami tepat
waktu, berangkatlah kami dari Stasiun Pasar Senin menuju Stasiun Purwokerto.
Kami menempuh perjalanan dengan kereta selama
sekitar 4 jam sampai Stasiun Purwokerto. Menggunakan kereta ekonomi AC “ “.
Sepanjang perjalanan tak terhitung berapa kali kita bangun dan tidur lagi.
Sesampainya di Stasiun Purwokerto kami
langsung bergegas mencari kendaraan yang bisa menampung kami berdua belas
menuju Wonosobo. Kami masih harus
menempuh perjalanan darat selama 5 jam ke sana.
Sesampainya di desa Dieng, kami mendaftar di
base camp kemudian menuju Gunung yang jadi tujuan kami yaitu Gunung Prau.
Suasana hari kemerdekaan membuat desa tersebut dipenuhi pendaki gunung yang
berniat merayakan tujuh belas agustus di atas gunung. Kami memutuskan mendaki
di malam hari melalui jalur Tapak Banteng setelah adzan maghrib agar tidak
terasa jauh treknya.
Kebanyakan dari kami adalah pendaki pemula,
menyebabkan kami memperlambat laju tim sampai ke puncak. Normalnya pendakian
menurut beberapa orang ke puncak Gunung Prau adalah 2 – 4 jam, tapi kami
menempuh 5 setengah jam. Ditambah lagi, menurut beberapa orang jalur lebih
berat karena sedang kemarau, tanah tidak stabil.
Dekat puncak kami harus melalui jalur tanpa
pijakan kaki karena tanah merosot, hanya bisa mengandalkan seutas tali hitam.
Untunglah meskipun kami menapaki kaki untuk
pertama kali, tapi kami berhasil menanjak hingga ujung Prau.
Kami langsung mencari spot enak untuk
membangun kemah, ramai bukan main puncak Prau malam itu. Tentunya dingin bukan
main juga. Suhu mencapai 1 derajat celcius malam itu. Kemudian kami makan malam
dan tidur. Esok harus mengejar sunrise.
Selamat pagi Gunung Sindoro dan Sumbing dari
atas Prau
Pagi itu semua yang berada di puncak juga
merayakan hari kemerdekaan republik
Indonesia. Beberapa ada yang melakukan upacara sambul menyanyikan lagu
Indonesia Raya dan mengibarkan bendera merah putih.
Happy Independence Day, Indonesia!
Pagi itu kami menikmati pemandangan pagi di
atas Prau, memasak perbekalan yang seadanya seperti Mie dan Sosis. Seru!
Cuaca siang hari cukup cerah, agak panas
dibanding keadaan malam hari. Bahkan kita masih bisa melihat bulan dari atas
gunung dengan ketinggian 2565 mdpl ini.
Sayangnya kami hanya punya waktu sebentar
menikmati pemandangan indah di atas sana. Pukul 10 kami harus berkemas karena
harus mengejar kereta pukul 9 malam di Stasiun Purwokerto.
Mengingat trek naik yang tak bersahabat bagi
pemula macam kami ini, kami memutuskan mencari jalur lain. Setelah bertanya ke
beberapa rombongan pendaki, kami melalui jalur turun menuju Candi Dieng.
Menurut beberapa pendaki jalur ini agak jauh, namun lebih landai dan tidak
seberat jalur naik. Perkiraan turun sekitar 6 jam jalan kaki. Lumayan.
Tapi tentu terbayar dengan pemandangan jalur
pulang yang sangat bagus. Kami melewati bukit-bukit, pendaki menyebutnya Bukit
Telettubies.
Masih ¾ perjalanan, pasukan sudah kelelahan
bukan main. Perbekalan dan air minum nyaris habis. Panas terik siang itu
menguras tenaga kami juga. Beberapa dari kami tertinggal di belakang karena
lelah membawa perlengkapan yang banyak. Jarak tempuh kami sampai di terminal
Dieng 7 jam. Melelahkan.
Sampai di terminal yang kami cari adalah
tempat makan dan mandi. Sambil menunggu bus sewaan kami beristirahat di warung
dekat situ.
Untuk perndakian pertama bagi saya ini
mengangetkan tapi sangat menyenangkan. Saya jadi ketagihan.
Terima kasih teman-teman #NRD2GO atas
perjalanan seru ini.
Semoga bisa ikut diperjalanan berikutnya.
Komentar
Posting Komentar